Tidak hanya memiliki suara siulan yang merdu, burung kicau juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dipelihara dan dilatih dengan baik. Saya pikir ini juga menjadi alasan utama seorang lelaki memelihara burung. Harga jual burung kicau di pasaran sangat tinggi, jika seekor burung pernah memenangkan sebuah lomba, minimal harganya paling murah adalah sekitar 10 juta rupiah. Tidak jarang burung-burung tersbut ditawar hingga ratusan juta per ekor. Sungguh luar biasa nilainya, harga seekor burung kicau bisa menyamai sebuah mobil LGCC.
Dari mendiang bapak saya dulu, kakak laki-laki, bahkan keponakan saya yang dulu masih kecil kecil juga sudah pada memilih burung sebagai hewan peliharaan mereka. Para tetangga juga banyak yang menggantungkan sangkar-sangkar burung dengan aneka warna dan hiasan. Sepertinya itu adalah salah satu yang membuat para cowok di Indonesia bersuka cita.
Dan sejak mengenal blog, saya jadi tahu kalau burung itu khususnya yang di Indonesia diajari nyanyi atau berkicau, padahal sebenarnya burung-burung bisa berkicau tanpa perlu diajari. Dlam bahasa Jawa, burung disebut manuk, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah bird. Kemudian perawatan mereka juga tak kalah dengan manusia, karena disediakan produk khusus salah satunya shampoo khusus buat para manuk ini, hebat ya?
Maka tak heran kalau di kampung saya sana juga ada banyak orang yang datang ke pasar hewan buat beli aneka burung. Saya dan istri secara tak sengaja di tengah jalan Semarang bertemu dengan orang-orang yang berkumpul di satu tempat untuk melakukan transaksi beli dan jual burung, seperti foto di atas. Mereka sepertinya juga menikmati acara gathering komunitas pecinta di sana yang pasti temanya adalah soal burung pengicau ini. Saya takjub melihat beraneka ragam jenis dan spesies burung yang ada di sana, banyak jenis burung yang jarang dipelihara dan belum pernah saya lihat sebelumnya. Semua jenis burung kicau yang paling banyak diminati dan sedang booming ada semua di sana, antara lain:
- Burung Lovebird (Agapornis)
- Burung Kacer / Kucica kampung / Magpie Robin (Copsychus saularis)
- Burung Kenari (Serinus Canaria)
- Burung Murai Batu / Kucica hutan (Copsychus malabaricus)
- Burung Jalak ( Sturnus / Leucopsar / Acridotheres)
- Burung Jalak Suren (Sturnus contra)
- Burung Cucak Rawa / Cucak Rowo / cangkurawah / barau-barau (Pycnonotus zeylanicus)
- Burung Trucukan / Trocok /Jogjog (Pycnonotus goiavier)
- Burung Cucak Jenggot / Cucak Janggut / Empuloh janggut (Alophoxius Bres)
- Burung Cucak Ijo / Cica-daun Besar (Chloropsis sonnerati)
- Burung Pleci / Kacamata (Zosterops Palpebrosus)
- Burung Pentet / Cendet / Bentet / Toet (Lanius schach)
- Burung Anis Merah / Punglor Merah (Zoothera Citrina)
- Burung Anis Kembang / Punglor Kembang (Zoothera interpres)
- Burung Gelatik (Padda oryzivora)
- Burung Tledekan / Sulingan / Sikatan (Cyornis)
- Burung Kolibri Ninja / Konin (Leptocoma sperata)
- Burung Branjangan (Mirafra javanica)
- Burung Panca Warna (leiothrix argentauris)
- Burung Pelatuk / Jelatuk / Belatuk pinang muda
- Burung Ciblek / Prenjak (Prinia familiaris)
- Burung Cipoh (Aegithina tiphia)
Selain itu perkumpulan burung pasti banyak juga di sana, yang membahas segala tetek bengek tentang burung, ada juga lombanya. Saya yakin pasti jutaan pria di Indonesia punya sangkar-sangkar burung di rumah masing-masing, yang menghibur mereka dengan kicauan, juga bersedia setiap saat mungkin kalau pemiliknya ngajak ngomong dan bersiul-siul sendiri di hadapan sangkar. Sebaliknya, saya pernah dicurhati seorang teman wanita yang suaminya memelihara ratusan burung di rumah. Dia merasa kesal karena bukan malah menimbulkan suara yang tenteram hati dan pikiran, justru menimbulkan suara berisik dan membuat kepala pusing. Sering juga ngomel-ngomel karena kadang dipasrahi suaminya untuk mengurus burung-burung tersebut, seperti memberi pakan, memandikan burung, membersihkan kotoran yang ada di dasar sangkar, dan memasukkan burung beserta sangkarnya ke dalam rumah saat malam.
Berbeda dengan pria di Indonesia, para pria di Jerman sini tidak suka memelihara burung. Saya dan istri di sini tidak punya hewan peliharaan seperti anjing atau kucing apalagi burung, tapi setiap hari saya bisa melihat ratusan bahkan ribuan burung terbang bebas berkelompok di udara saat sedang bersepeda keliling desa, atau saat sedang berdiri di halaman rumah, mendongak ke atas di langit rumah kami ada banyak burung burung yang beberapa gerombolan membentuk formasi yang berubah-ubah.
Beberapa di antara kelompok kawanan burung tersebut berdansa memamerkan fantasi dan manuvernya di angkasa, seolah sedang menunjukkan pada manusia bahwa di sanalah tempat hidup mereka. Tapi saya tahu, burung-burung itu sedang berburu mangsanya untuk makan. Secara pribadi, saya tidak menolak dan juga tidak mendukung hobi memelihara burung. Tidak menolak karena para penghobi mengkembangbiakkan burung-burung tersebut hingga berjumlah ratusan ekor, saya anggap itu sebagai upaya pelestarian burung agar tetap eksis dan tidak punah. Menurut saya, hobi memelihara burung berbeda dengan orang yang menjual burung dengan cara berburu atau menangkap burung dari alam liar. Namun saya juga tidak mendukung, karena saya berpendapat bahwa burung-burung tersebut juga makhluk hidup yang memiliki hak untuk hidup bebas di habitatnya, bukan terkurung di sangkar burung.
Hingga hari ini, di depan pintu dapurpun setiap hari bisa saya lihat tingkah pola aneka burung-burung liar yang sedang terbang bebas mencari makanannya. Kembali lagi ke pertanyaan di atas, ada yang bisa kasih tahu kenapa cowok di Indonesia suka memelihara burung? Kalau kamu sendiri punya hewan peliharaan apa nih kawan?
Posting Komentar